Minggu, 20 November 2011

Penyebab Lupa Mendadak Saat Berjalan Menuju Ruang Sebelah

Jakarta, Seringkali seseorang mendatangi rekannya di ruangan lain, lalu mendadak lupa untuk apa dia datang ke ruangan tersebut. Belum tentu orang tersebut pikun, sebab fenomena ini juga bisa terjadi karena otak berusaha mengenali suasana baru.

Fenomena ini hampir selalu ditemui setiap hari baik di rumah maupun di tempat kerja. Misalnya ketika seseorang di rumah berjalan menuju dapur untuk mengambil pisau, orang itu bisa mendadak lupa tujuannya lalu malah membuka pintu kulkas dan mengambil makanan.

Orang tersebut baru akan merasa konyol sesampainya kembali ke kamarnya, ketika mendapati kabel-kabel yang berserakan karena belum dipotong atau dikupas. Seharusnya ia mengambil pisau untuk membetulkan instalasi listrik di kamarnya, namun ia malah kembali dengan membawa sekaleng makanan.

Prof Gabriel Radvansky, seorang psikolog dari University of Notre Dame mengatakan fenomena ini disebut "location updating effect" atau efek pengenalan lokasi baru. Saat berpindah ruangan, secara alami otak akan berusaha mengenali suasana dan lingkungan barunya.

Proses mengenali lingkungan dan suasana baru ini kadang-kadang memakan memori otak yang seharusnya dipakai untuk mengingat. Akibatnya seseorang bisa tiba-tiba melupakan hal-hal sepele, termasuk tujuan utama untuk apa ia datang ke ruangan tersebut.

"Keluar masuk melewati sebuah pintu bisa menjadi pembatas bagi daya ingat seseorang, yang memisahkan rangkaian aktivitas di ruangan sebelumnya untuk disimpan sementara waktu," ungkap Prof Radvansky seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Minggu (20/11/2011).

Kesimpulan ini ditarik oleh Prof Radvansky setelah melakukan eksperimen yang melibatkan sejumlah mahasiswa. Dalam eksperimen tersebut, daya ingat pada mahasiswa yang berpindah ke ruangan lain teramati sedikit lebih buruk dibandingkan yang hanya berjalan-jalan dalam satu ruangan 

source : detikhealth.com

Makin Banyak Orang Kena 'Sleep Texting', Kirim SMS Saat Tidur

Jakarta, Makin banyak orang kecanduan teknologi, makin banyak juga orang mengalami gangguan tidur. Bukan susah tidur karena sibuk memainkan ponsel, tetapi justru jadi sembarangan mengirim SMS tanpa sadar saat sedang tertidur.

Perilaku ini disebut dengan istilah "
sleep texting" atau berkirim SMS saat tidur. Berdasarkan mekanismenya, perilaku gangguan tidur ini dikelompokkan dalam kategori yang sama dengan berjalan saat tidur (sleep walking), mengigau (sleep talking) ataupun berhubungan seks saat tidur (seksomnia).

"Biasanya saya beguling-guling dulu di tempat tidur selama 2-3 jam sebelum benar-benar terlelap," kata Elizabeth Hammonds, seorang remaja berusia 16 tahun seperti dikutip dari
MSNBC, Senin (21/11/2011).

Begitu Hammonds terlelap, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Kalau orang lain mulai mengigau, mimpi buruk atau berjalan dalam tidur, ia justru melakukan hal yang sebenarnya sulit dilakukan sambil tidur yakni mengetik dan mengirim SMS.


Sedikitpun Hammonds tidak menyadari perilakunya, hingga teman-temannya komplain keesokan harinya karena menerima SMS tidak jelas dari gadis itu. Awalnya Hammonds tidak percaya mendengar cerita itu, namun semua bukti pengiriman SMS terekam dalam ponselnya sehingga tidak ada alasan lagi untuk mengelak.


"Kamu kirim SMS jam 3 dinihari dan aku tidak paham apa maksudmu," kata salah seorang temannya.


Hammonds mengetik dan mengirim SMS secara acak ke teman-temannya, bahkan tak jarang mengirimkan ketikan yang agak panjang melalui email. Ibunya, Betty Hammonds khawatir anaknya akan mengirim hal-hal yang tidak sepantasnya mengingat zaman sekarang sedang marak-maraknya "
sexting" alias SMS cabul.

Pakar kesehatan tidur, Dr Marcus Schmidt mengakui saat ini kecenderungan untuk mengalami
sleep texting cenderung meningkat di kalangan remaja. Penyebabnya tak lain karena kecanduan teknologi, sampai-sampai kalau tidur ponsel juga dibawa ke tempat tidur dan tidak dimatikan.

"Empat dari lima anak yang punya ponsel selalu membawa ponselnya ke tempat tidur. Sedangkan yang benar-benar mematikannya hanya ada 1 dari 10 anak," kata Dr Schmidt.


Dr Schmidt mengatakan, perilaku
sleep texting cenderung meningkat ketika tidurnya tidak nyenyak atau saat seseorang kurang tidur. Ketika tidurnya tidak nyenyak dan cenderung gelisah, keberadaan ponsel di tempat tidur bisa merangsang reaksi motorik untuk menjangkau dan memainkannya.

Untuk bisa mengurangi perilaku
sleep texting, Dr Schmidt menyarankan agar anak-anak dan remaja tidak tidur terlalu larut agar bisa lebih nyenyak. Selain itu, ponsel harus diletakkan sejauh mungkin dari jangkauan, kalau perlu dimatikan selama tidur
(up/ir

source : detikhealth.com

Ketika Volume Data Perusahaan Membengkak

Jakarta - Dengan volume data yang terus meningkat, otomatis teknologi storage juga harus mampu mengimbanginya untuk dapat menampung pertumbuhan tersebut.

Cara yang paling sering dipakai adalah memperbanyak kapasitas storage dengan menambahkan disk. Padahal cara yang dapat dipakai perusahaan untuk membuat storagenya tetap dapat mengikuti perkembangan bisnis bukan hanya itu. Berikut tips dari NetApp saat perusahaan Anda sedang menghadapi masalah tersebut.

Menurut survei yang dilakukan Enterprise Strategy Group, para profesional TI menyebutkan bahwa skalabilitas untuk mendukung pertumbuhan mesin virtual yang cepat adalah salah satu dari tiga tuntutan teratas atas lingkungan penyimpanan data.

Dengan semakin maraknya virtualisasi dan meningkatnya volume data, kemampuan untuk mengembangkan (ability to scale) storage menjadi faktor penentu kesuksesan untuk perusahaan. Lingkungan storage dituntut untuk dapat fleksibel dan responsif terhadap perubahan kebutuhan bisnis, sekaligus tetap menjaga efisiensi dan kecepatan yang tinggi.

"Untuk memenuhi pertumbuhan volume data, salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab oleh para CIO adalah, apakah mereka harus melakukan scale up atau scale out storage yang ada. Untuk membuat suatu keputusan yang tepat, CIO pertama-tama harus memahami perbedaan antara scale up dan scale out," kata NetApp, dalam keterangannya, Minggu (28/8/2011).

Scale up adalah memanfaatkan storage yang sudah ada dengan menambah disk untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Meski demikian, terdapat batasan untuk melakukan scale up kapasitas yang tergantung pada berapa banyak maksimal perangkat storage yang dapat disambungkan ke satu storage controller.

Saat storage controller sudah penuh, maka yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah mengganti storage controller dengan kapasitas lebih besar sehingga disk yang sudah ada masih dapat dipakai tanpa perlu menggantinya.

Biaya implementasi yang relatif lebih rendah untuk melakukan scale up storage menjadikannya sebagai metode yang menarik untuk menambah kapasitas.

Scale out, di sisi lain, mengatasi masalah kapasitas dengan memberikan sistem storage tambahan (node). Melakukan scale out storage dapat dikerjakan dengan mengelompokkan sistem storage dan grid storage.

"Yang lebih penting, suatu solusi scale out dapat memiliki banyak node yang saling terhubung meskipun terpisah lokasi geografis namun tetap sebagai satu sistem," lanjut perusahaan yang sudah malang melintang di bisnis storage ini.

Scale out juga memiliki kemampuan potensial untuk mengagregasi IOPS dan bandwidth dari sejumlah storage controller untuk fleksibilitas tambahan. Node tambahan ini juga menyediakan ketersediaan yang lebih besar jika salah satu node mengalami down.

Lantas mana yang harus dipilih? "Sekarang ini, CIO tidak harus memilih salah satu dari scale up atau scale out. Arsitektur yang terintegrasi memberikan kemampuan untuk melakukan keduanya, scale up dan scale out, secara efisien dan efektif," jelas NetApp.

Arsitektur unified storage saat ini memberikan fleksibilitas bagi para pelanggan untuk memilih solusi yang paling cocok dengan kebutuhan mereka saat ini dan di masa depan.

"Sebagai langkah awal, CIO harus memulai dengan menerapkan cara dan pengelolaan storage yang lebih efisien untuk mengoptimalkan utilisasi aset yang ada," pungkasnya.

source : detikinet.com

4 Kiat Percepat Adopsi Cloud Computing

Singapura - Berbagai perusahaan mulai memikirkan untuk menggunakan layanan cloud computing atau komputasi awan. Namun baru sebagian kecil yang telah mengimplementasikannya.

Itulah salah satu temuan yang terungkap dalam survei global bertajuk State of the Cloud 2011 oleh Applied Research. Dua pertiga organisasi masih berada dalam tahap diskusi, percobaan atau bahkan belum mempertimbangkan layanan sama sekali.

Berbagai isu menghalangi organisasi untuk segera mengadopsi komputasi awan. Seperti isu keamanan, staf IT yang belum siap untuk pindah ke cloud computing dan sebagainya.

"Untuk memastikan sukses penerapan cloud computing, departemen IT perlu hati-hati memilih aplikasi yang dipindahkan ke komputasi awan, mengawasi keamanan, ketersediaan dan cost sekaligus memastikan staf mereka diberi pelatihan," tutur Anil Chajravathy, Senior Vice President Storage and Abailability Management Group Symantec di Singapura.

Berikut 4 rekomendasi dari Symantec untuk memudahkan organisasi mengadopsi cloud computing:

- Jadilah yang berada di lini depan dalam komputasi awan: Bagian IT perlu mengambil peran proaktif dalam menerapkan komputasi awan. Terlalu banyak organisasi mengambil pendekatan konservatif yang lambat dalam melakukan perpindahan ke cloud. Staf IT perlu mendapat pelatihan dan persiapan yang cukup dalam mengontrol aspek penting seperti keamanan dan biaya.

- Tetapkan tingkat informasi dan aplikasi: Lakukan analisis dan tempatkan informasi dan aplikasi Anda berdasarkan tingkatan untuk menetapkan mana yang dirasakan nyaman ketika berpindah ke komputasi awan.

- Ukur risiko dan tetapkan kebijakan yang layak: Pastikan informasi penting hanya bisa diakses pengguna resmi dan informasi itu tidak meninggalkan perusahaan. Vendor komputasi awan perlu dipastikan memenuhi persyaratan Anda. Periksa vendor komputasi awan potensial untuk masalah operasional seperti kemampuan dalam disaster recovery.

- Mulai sekarang: Jangan mengambil pendekatan semua atau sama sekali tidak untuk cloud computing. Meskipun perlu waktu untuk menyiapkan perpindahan aplikasi bisnis yang penting, Anda bisa mulai dengan layanan dan aplikasi yang lebih sederhana.

source : detikinet.com